Proses pengembangan aplikasi dan software seringkali memunculkan berbagai kendala yang rumit terutama bagi developer dan tim IT. Mulai dari model pengembangan yang kuno seperti Waterfall, hingga masalah dengan arsitektur monolitik dan keterbatasan proses manual. Dalam artikel ini, kita akan membahas solusi-solusi terbaik untuk mengatasi setiap tantangan ini.
4 Masalah Dalam Proses Pengembangan Aplikasi dan Software
1. Metode Waterfall

Metode Waterfall adalah salah satu pendekatan dalam pengembangan aplikasi atau Software Development Life Cycle (SDLC). Dalam model ini, proses pengembangan diatur secara berurutan dan sistematis, mirip dengan aliran air terjun yang mengalir ke bawah.
Setiap fase dalam model Waterfall saling tergantung satu sama lain. Sebelum melangkah ke fase berikutnya, fase yang sedang berlangsung harus diselesaikan terlebih dahulu. Misalnya, tahap pengujian tidak dapat dimulai sebelum proses coding selesai sepenuhnya. Begitu pula dengan tahap deploy, tidak mungkin untuk deploy aplikasi sebelum seluruh komponen telah lulus pengujian.
Namun, kekakuan model ini menjadi kendala saat ada perubahan kebutuhan atau fitur di tengah proses pengembangan. Hal ini memaksa tim untuk kembali ke tahap awal, yaitu penentuan persyaratan atau kebutuhan. Proses perpindahan antar fase juga memakan waktu yang cukup lama karena penyesuaian alat yang digunakan oleh tim.
Akibatnya, pengembangan aplikasi dengan model Waterfall seringkali memakan waktu yang cukup lama hingga akhirnya dapat dinikmati oleh pengguna. Selain itu, model ini cenderung kurang fleksibel terhadap perubahan dan memiliki siklus rilis yang panjang.
Meskipun demikian, masih banyak perusahaan yang menggunakan model Waterfall hingga saat ini. Hal ini disebabkan kultur perusahaan yang sudah terbiasa dengan model tersebut dan sulit untuk beralih ke pendekatan yang lain. Selain itu, mengubah seluruh proses yang telah berlangsung lama juga membutuhkan upaya yang besar.
2. Arsitektur Monolitik

Arsitektur Monolitik mengacu pada penempatan semua komponen aplikasi dalam satu unit. Sebagai contoh, layanan autentikasi, pemesanan, dan akun dapat di-deploy dalam satu server back-end.
Meskipun awalnya merupakan langkah yang baik untuk memahami kompleksitas sistem dan cakupan setiap komponen, arsitektur monolitik menjadi sulit dikelola seiring dengan meningkatnya kompleksitas sistem yang dibangun.
Dalam pendekatan ini, semua komponen saling terikat dan bergantung satu sama lain. Kegagalan satu komponen dapat menghambat kinerja komponen lainnya, mengakibatkan kesulitan dalam manajemen sistem secara efisien.
3. Proses Manual
Salah satu masalah lain dalam pengembangan aplikasi adalah penggunaan proses manual. Proses manual ini memperlambat pengembangan, kurang konsisten, dan rentan terhadap kesalahan. Sebagai contoh, konfigurasi infrastruktur secara manual seperti pengaturan server memakan waktu yang banyak. Proses ini tidak hanya membutuhkan tenaga yang besar, tetapi juga meningkatkan risiko kesalahan konfigurasi karena kemungkinan langkah yang terlewat.
Pengujian manual juga menjadi tantangan. Developer harus dipastikan menguji kode mereka secara menyeluruh sebelum mengunggahnya ke repository. Namun, proses ini seringkali berjalan lambat dan dapat meningkatkan risiko kesalahan karena kemungkinan pengujian yang terlupakan. Kesalahan dalam proses manual ini dapat menyebabkan masalah di lingkungan produksi dan mengganggu kelancaran perusahaan secara keseluruhan.
4. Struktur Tim Tertutup
Masalah lain yang cukup penting dalam pengembangan aplikasi adalah struktur tim yang tertutup. Dalam konteks ini, semakin banyak anggota tim, semakin banyak perspektif dan ide yang bisa diperoleh. Namun, terkadang hal ini juga membawa masalah tersendiri.
Mengubah model, arsitektur, dan proses pengembangan jauh lebih mudah daripada mengelola tim manusia. Dalam pengembangan aplikasi yang melibatkan banyak pihak, biasanya terlibat dua tim utama: Developer dan IT Operations.
DevOps, Solusi Jitu Masalah Pengembangan Aplikasi atau Software
Salah satu poin masalah yang sering muncul dalam pengembangan aplikasi, adalah struktur tim yang tertutup antara developer dan IT operations. Bagaimana cara mengatasi masalah ini? Solusinya adalah dengan menggabungkan dan berkolaborasi antara kedua tim tersebut dengan menciptakan budaya kerja yang baik. DevOps adalah hasil dari gabungan antara developer dan IT operations.
DevOps merupakan kombinasi dari filosofi budaya, praktik, dan tools yang dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengirimkan aplikasi dengan cepat. Dibandingkan dengan model tradisional seperti Waterfall, DevOps memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan dan memperbaiki produk dengan lebih cepat.
Dengan DevOps, perusahaan dapat melayani pengguna dengan lebih baik dan bersaing secara lebih efektif di pasar. Implementasi DevOps juga memungkinkan kedua tim, yang sebelumnya terpisah, untuk bersatu, berkolaborasi, dan berkomunikasi guna meningkatkan produktivitas.
Manfaat Penerapan DevOps
Terlepas seberapa besar perusahaan Anda, baik itu startup, perusahaan menengah, maupun korporasi, penerapan DevOps akan memberikan manfaat yang signifikan. Berikut adalah enam manfaat utama dari DevOps
1. Ketangkasan
Perusahaan dapat bersaing secara kompetitif dengan mengantisipasi kebutuhan pasar, mendorong inovasi dengan cepat, dan mencapai pertumbuhan bisnis yang lebih efisien.
2. Proses Rilis Cepat
Frekuensi rilis aplikasi, fitur, atau software dapat ditingkatkan, memungkinkan inovasi yang lebih cepat dan peningkatan kualitas produk.
3. Keandalan
Update aplikasi atau perubahan infrastruktur harus tetap menjaga kualitasnya untuk memberikan pengalaman pengguna yang positif.
4. Skalabilitas
Memungkinkan pengelolaan infrastruktur dan proses pengembangan dalam skala besar dengan automasi dan konsistensi, meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko.
5. Kolaborasi Meningkat
Penerapan kultur DevOps mendorong tim yang lebih efektif dengan nilai-nilai seperti kepemilikan dan akuntabilitas, memungkinkan developer dan IT operations untuk berkolaborasi lebih erat dan mengurangi inefisiensi.
6. Keamanan
Perusahaan dapat bergerak cepat tanpa mengorbankan keamanan, melalui penggunaan kebijakan kepatuhan otomatis, kontrol akses yang detail, dan teknik manajemen konfigurasi.
Implementasikan Solusi DevOps Bersama JEDI
Jedi Solutions menawarkan solusi DevOps untuk mempermudah pengembangan aplikasi dan software bisnis Anda. Dengan tim IT yang bersertifikat dan kompeten, Jedi Solutions menyediakan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan Anda, termasuk implementasi yang mudah, biaya lebih efisien, dan peningkatan keamanan.
Dukungan jaringan Jedi Care selama 24/7 memastikan implementasi solusi DevOps berjalan dengan lancar dan aman. Tertarik untuk mengimplementasikan solusi DevOps? Jangan ragu untuk menghubungi kami melalui link berikut.
Penulis: Wilsa Azmalia Putri – Content Writer CTI Group